Langsung ke konten utama

Obrolan Pengungkapan Diri (Self Disclosure)


Hallo teman-teman, akhirnya gue nyoba buat ngeblog lagi setelah berbulan-bulan lamanya vakum untuk menyelesaikan apa yang harus gue selesaikan hehe. Apa ya, asli sih seneng! Meskipun ada aja masalah yang harus dihadapin yang bikin mental gue rasanya naik turun banget.

Setelah berbulan-bulan harus fokus buat nulis skripsi dan ditambah bekerja, ada senang dan sedihnya juga. Kenapa? Sedih karena harus berbulan-bulan fokus ngerjain skripsi, tapi alhamdulillah di samping ngerasain stres dan bikin down, gue punya obat yang bikin stres gue ilang. Mau tau gak obatnya apa? Obatnya adalah ketemu anak-anak murid gue yang masih TK tiap hari, masyaAllah ampuh banget. Karena ngeliat mereka main, ketawa-tawa, cekcoknya anak kecil tuh lucu, sampe lupa gitu loh bahwa gue ada hal lain yang kayaknya menjadi beban: skripsi. Oke cerita tentang jadi guru TK, insyaAllah nanti mau gue share juga hehe.

Gue mulai “bangun” buat nulis lagi karena gue ngerasa butuh, lebih tepatnya diri gue yang butuh. Karena menulis adalah salah satu cara gue buat mengungkapkan sesuatu. Mungkin sebagian orang akan berpikir, “Emang harus banget ya ngungkapin sesuatu ke orang lain?”. Jawabannya adalah, “Iya, harus.” Apalagi ketika kalian merasa ada sesuatu yang mengganjal di diri kalian. Mungkin kalian belum leluasa buat mengungkapkan sesuatu ke orang lain secara frontal. Tapi, apa yang dianggap bermasalah oleh diri kalian, cobalah belajar ungkapin itu. Walau bagaimana pun, kita ini adalah manusia biasa dan makhluk sosial, kita tetap butuh orang lain untuk berinteraksi satu sama lain.

Foto: Tim Kata Djiwa

Nah, kebetulan Sabtu kemarin (20 Juli 2019) ada acara Talkshow bersama seorang Psikolog, yaitu Bu Meity Arianty, STP., M. Psi., Psikolog, beliau adalah dosen gue hehehe. Jadi kayak temu kangen sih, kangen ngeliat bu dosen ngomong. Wait, wait! Acara ini diadakan oleh support group, yang bernama Kata Djiwa, dan pelopornya adalah temen-temen kuliah gue. Ah, aku bangga! Mereka hebat! Tema acara hari ini tentang Pengungkapan Diri (Self Disclosure). Ketika gue liat info tersebut di platform mereka, auto mau ikutan. Oke, gue gak mau nge-keep pembahasan ini sendirian, klean harus tau juga. Karena ini penting buat kesehatan mental kita. Info yang udah gue dapet, akan gue bagi buat kalian juga.

Mari kita mulai.

Jadi, pengungkapan diri (self disclosure) adalah pengungkapan informasi mengenai diri sendiri yang biasanya tidak ditemukan orang lain (Wood, 2013). Nah, hal ini penting dalam sebuah komunikasi dan hubungan kita dengan orang lain. Karena dengan membuka dan mengungkapkan sesuatu itulah yang membuat orang lain jadi tahu gimana sih diri kita itu dan kita juga akan lebih mudah buat ngungkapin sesuatu yang sedang kita alami dan hal ini baik untuk kesehatan mental. Terus, di acara tersebut kita diminta buat berkumpul bersama beberapa orang yang sudah ditentukan kelompoknya dan kita bermain card games (berisi beberapa bagian pertanyaan) yang dibuat oleh tim Kata Djiwa. Hal ini gue ragukan awalnya, karena gue bener-bener baru kenal dengan anggota kelompok yang dipilih (kecuali satu temen gue). Karena awalnya sudah berkenalan dan tukar informasi, lalu karena keyakinan diri buat cerita dan sharing ke orang lain, dengan sendirinya gue bisa mengungkapkan apa yang gue rasa. Bahkan waktu yang dikasih selama kurang lebih 2 jam tuh rasanya kurang, karena ternyata gue menikmati obrolan itu. Mulai cerita tentang kekecewaan, bangkit, tangisan, marah, cuek, dan sebagainya dengan versi masing-masing. What a day! Ternyata gue gak sendirian, masalah emang paling bagus buat diungkapin dengan orang yang tepat dan kita yakini. Gue makin banyak bersyukur pokoknya, karena gue punya orang-orang baik dan ngasih masukan-masukan yang positif.

Foto: Tim Kata Djiwa

Foto: Tim Kata Djiwa

Oh iya, gue juga mau ngasih info sedikit tentang perbedaan wanita dan pria dalam mengungkapkan sesuatu. Berdasarkan penelitian Ruhban (2013), bahwa wanita akan terbuka kepada individu yang mereka sukai dan pria akan mengungkapkan lebih kepada individu yang mereka percayai. Mungkin itu juga yang menjadi alasan ketika wanita lagi bingung, galau, down, atau kacau, mereka butuh perspektif atau pandangan dari pria (teman, pasangan, keluarga) dengan harapan bisa membantu memecahkan masalahnya. Karena kan katanya pria itu lebih mengutamakan pemikiran logisnya ketika punya masalah, dibandingkan dengan wanita yang selalu mengedepankan perasaannya dalam menghadapi masalah. Gitu…

Okedeh, kalau begitu cukup sekian dulu sharing gue kali ini. Jadi untuk teman-teman semua, yuk belajar pahami diri sendiri, yakini diri, dan ungkapkan apa yang kalian rasakan (terutama ketika kalian merasa butuh). Percayalah, kalian gak sendirian kok. Eh! Ternyata gue udah nulis sepanjang ini, habis gimana yaa, ini terlalu asyik! Terima kasih teman-teman dan tim Kata Djiwa. *Love*







Sumber:
Ruhban, A. (2013). Kontrol diri pada dan intensitas pengguna facebook pada remaja. Jurnal Online Psikologi, 01 (02), 629-641. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Wood, J.T. (2013). Komunikasi: teori dan praktik (komunikasi dalam kehidupan kita) edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semester Awal 2020

Hari ini adalah hari terakhir di bulan Juni – tepatnya semester awal di tahun 2020, bye June! See you later ya.. Terima kasih untuk segala hal yang pernah singgah sampai usia yang ke 24 ini. Ternyata semakin dewasa itu semakin kompleks ya isi pikirannya. Hmmm, mungkin ngelewatin masa dewasa awal ini emang bener-bener gak mudah – kasarnya lagi “berantem” sama ego sendiri. Tanggal 16 kemarin, banyak ucapan do’a dan segala harap yang berdatangan, terima kasih ya! Meskipun sebenernya ulang tahun yang ke-24 kemarin itu cuma mau ngerasa cukup dan jadi pribadi yang lebih baik lagi tentunya, untuk hal-hal lain gue yakiiiin banget Allah bakalan terus ada buat gue selama gue bisa lebih baik. Iya, gue mau hubungan gue sama Yang Maha Kuasa jauh lebih baik – karena ketika umatnya dekat, Sang Khalik akan datang untuk merangkul. Gak tau kenapa, merasa di pertambahan usia ini adalah moment yang paling membuat gue suka cita dan haru rasanya. Cailah, gue kenapa sih?! Apa ya, gue ngerasa lebi

Pesta Kemerdekaan di Garut

Aloha, kawan-kawan semuanya. Apa kabar? Btw, selamat merayakan hari kemerdekaan Indonesia yg ke-72 tahun. Oh iya kebetulan hari ini gue sengaja ke Garut di samping mau nge- refresh otak, gue juga mau ikut ngerayain pesta kemerdekaan di desa yang katanya seru dan rame banget. Gue berangkat dari rumah sekitar jam 7 malem, gue ke pool bus dulu jurusan Jakarta-Garut. Sampe pool gue sakit perut luar biasaaa dan akhirnya mampir toilet dulu, sampe dipanggilin kenek busnya karena udah mau jalan wkwkwk. Setelah selesai, gue buru-buru naik dan busnya berangkat sekitar setengah 10an. Alhamdulillah, sampe di rumah embah jam 4an dengan selamat dan kedinginan fyuh. Abis itu makan mie instan subuh-subuh sambil nunggu adzan subuh. Gue cuma tidur sebentar dan bangun gara-gara kaget sepupu gue yang kecil, dia teriak-teriak karena sepanjang jalan udah rame banget sama yang mau pawai. Yap! Gue buru-buru bangun, wudhu, cuci muka+sikat gigi, sholat subuh. Abis itu rapi-rapi buat ikutan pawai. Gokil! R